BANDA ACEH, VOA.net Selepas magrib, Muhammad Nazar tiba di kantor pusat Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB, di kawasan Jalan Raden Shaleh, Jakarta Pusat, Jumat, 7 Juni 2024.
Di kepalanya bertengger peci hitam, sewarna dengan celana yang dipakainya. Kemeja lengan panjang krem muda membalut tubuh bakal calon Gubernur Aceh tersebut.
Di lobi kantor terlihat beberapa orang sedang meriung. Salah seorang dikenal Nazar. Ia adalah Munawar AR alias Ngoh Wan, Sekretaris Dewan Pimpinan Wikayah (DPW) PKB Aceh.
Melihat Nazar memasuki lobi, Ngoh Wan bergegas menyambut pendiri dan pemimpin tertinggi Partai SIRA itu. Selepas beruluk salam, ia menyilakan Nazar duduk di sofa sebuah ruang tunggu.
Ruangan ini sengaja disiapkan PKB bagi para calon kepala daerah yang datang dari daerah-daerah untuk mengikuti Uji Kelayakan dan Kepatutan atau UKK. Ini seleksi ala PKB dalam menjaring calon kepala daerah yang mereka usung secara resmi dalam Pilkada serentak 2024.
Sementara Nazar duduk, Ngoh Wan melaporkan kedatangan penggagas Referendum Aceh itu ke panitia penguji.
Ternyata, di dalam telah menunggu Jazilul Fawaid alias Gus Fazil, politisi senior cum cendikiawan Nahdhatul Ulama yang juga Wakil Ketua Umum PKB saat ini.
Gus Fazil menyambut Nazar dengan semringah, layaknya bersua karib lama. Perbincangan di antara keduanya pun mengalir dengan penuh keakraban.
Ternyata, Nazar diuji langsung oleh Gus Fazil. Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI ini menanyakan banyak kepada Nazar. Mulai dari visi misi, program, hingga hal yang mendorong Nazar ingin maju kembali dalam Pilkada Aceh. Termasuk juga apa yang bakal dilakukan Nazar bila terpilih nanti.
“Juga soal-soal lain terkait kampanye dan keadaan Aceh dari masa ke masa, termasuk situasi saat ini dan potensi keadaan politik ke depan,” ungkap Nazar kepada KBA, dikutip Sabtu, 8 Juni 2024.
Nazar menjelaskan kepada Gus Fazil bahwa rakyat Aceh harus dimenangkan dan tidak dikalahkan selepas memberikan dukungan pada setiap proses demokrasi.
“Visi saya adalah terwujudnya perubahan nyata untuk kemenangan rakyat serta Aceh yang maju-mulia, bermartabat dan berperadaban,” ujar mantan akvitis perjuangan sipil tersebut.
Nazar yakin visi ini dapat diwujudkan dengan menjalankan misi memenangkan rakyat, membangun Aceh yang maju, makmur-sejahtera, berkeadilan, kuat-hebat, mandiri dan berperadaban. Misi ini, kata dia, akan diaplikasikan lewat berbagai program dan strategi pembangunan.
“Visi misi tersebut sebenarnya adalah idiom atau ungkapan lain dari ajaran-ajaran Islam dalam urusan dunia menuju keselamatan serta kemenangan dunia-akhirat.”
Guz Fazil menguji Nazar lebih dari satu jam. Setelah itu, Nazar diminta meneken berita acara sebagai bukti tanda telah mengikuti UKK.
Bagi Nazar, bila nanti terpilih sebagai calon Gubernur Aceh, Pilkada 2024 akan menjadi palagan politik ketiga tingkat provinsi yang ia ikuti.
Paa Pilkada 2007, ia menjadi wakil Irwandi Yusuf. Keduanya menorehkan sejarah sebagai pasangan nonpartai atau independen, yang memenangkan pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Aceh.
Purna jabatan pada 2012, Nazar maju sebagai calon gubernur tapi gagal. Sejak itu, ia “menghilang” dari aktivisme politik birokrasi.
Rupanya, rentang 2015 hingga 2018, Nazar menyibukkan diri dengan menempuh 21 program pendidikan tinggi melalui kuliah online. Ia mengambil beberapa disiplin ilmu berbeda jenjang strata dua dan strata tiga. Dari politik ekonomi di Yale University, Philadelphia, Amerika Serikat, hingga diplomasi global di University of London, Inggris.
Kini, Nazar tinggal menunggu sinyal “hijau” dari PKB. Apakah partai besutan para kiai Nahdlatul Ulama itu sudi memilihnya untuk menjadi calon gubernur Aceh? Hanya waktu yang akan menjawab. Namun satu hal yang pasti, Nazar telah menyiapkan dirinya dengan matang. Ia siap untuk kembali berjuang demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Aceh.[KBA]
Tinggalkan Komentar
Kirim Komentar